Wednesday, April 8, 2020

Kolektif AMPSKP - Developmentalisme





derap laju pembangunan
terus dipaju semakin kencang
tapi sayang seribu sayang
kog ditopang perampasan tanah

dengan bungkus investasi
bangun disana bangun disini
tapi sayang yang dibangun
tak pernah benar benar kita miliki

katanya sih pembangunan
jalan keluar tuk pengangguran
tapi sayang seribu sayang
kog di hadang beban upah murah

IMF tak ketinggalan
turut berikan bantuan
tapi, sayang itu bantuan
cuma umpan untuk intervensi

derap laju pembangunan
trus dipacu semakin kencang
tapi, sayang seribu sayang
kog ditopang utang bank dunia

Fiersa Besari - Perjumpaan Yang Sederhana

Kota ini sedang dilanda gerimis tatkala jalan hidupku ditakdirkan untuk berubah selamanya.
Adalah matamu yang pertama kali berbicara, menembus pertahananku secara membabi buta.
Kau diamkan tanganmu di dalam jabatanku selama beberapa detik.
Aku idamkan tanganku di dalam genggamanmu untuk selamanya.
Segala keteraturan yang kubangun selama ini, runtuh dalam sekejap.
Padahal, perjumpaan kita begitu sederhana; tidak sedramatis kisah-kisah yang didongengkan para
pujangga.
Meski begitu, bagiku kau istimewa, melebihi apa yang mampu digambarkan susastra.
Bahkan, aku yakin kau bukan manusia biasa.
Mungkin kau adalah malaikat yang sedang menyamar, diturunkan bersama lusinan bom atom yang meledakkan dimensiku.
Dan aku hanya bisa pasrah membiarkan perkenalan kita dimulai.

Hey! Jangan dulu pergi.
Aku tidak ingin pulang ke rumah lalu berlama-lama menatapmu membeku di layar ponsel.
Kau terlalu indah untuk kubiarkan berkeliaran di linimasa.
Sudah, duduk saja di sebelahku, hingga di penghujung zaman bila perlu.
Aku takkan keberatan.
Jangan tanya kenapa. Logika telah mati.
Ajukan saja pertanyaan muluk itu pada jantungku yang berdebar saat tenggelam dalam senyumanmu (meski kutahu senyumanmu untuk saat ini hanya basa-basi normatif).
Tumbuh harapan dalam hatiku; berharap kelak dapat kutemui senyumanmu yang sesungguhnya.
Dan jika tidak berlebihan, akulah orang yang membuatmu tersenyum.

Kau pun pamit undur, menyisakan wangi yang pekat mewarnai udara.
 Tanpa mau bertanggung jawab, kau tinggalkan aku termabuk sendirian.
 Jika kasmaran adalah narkotik, maka kau adalah bandarnya.
Dan aku bagaikan pecandu yang rela menggadaikan jiwa demi menatap matamu sekali lagi.
https://youtu.be/mO6o_qB_TLs

Sunday, April 5, 2020

Narasi Rindu - Kamu Tidak Benar Benar Bahagia Denganku



Dua orang yang mencari bahagia
pertanyaan paling mudah didunia ini adalah: apa kamu ingin bahagia?.
Sudah bisa dipastikan semua orang ingin bahagia.
Termasuk aku, juga kamu.
Namun, tidak ada satu pun orang bisa memastikan ia akan baik-baik saja selamanya.
Seperti daun di ranting pohon.
Sehijau apa pun, pada akhirnya akan mengering dan menguning, lalu jatuh dan rapuh.
Atau mungkin jauh sebelum daun itu kering, angin lalu telah membawanya menjauh dari ranting.
Sama seperti kebahagiaan.
Terkadang, saat semua yang kita rasanya menyenangkan.
Saat semua yang kita pikir akan baik-baik saja.
Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengusik dan menghancurkannya.
Kamu merasakan hal seperti itu.
Saat kekasihmu- orang yang kamu cintai sepenuh hati- menjadi daun yang jatuh dari dahannya.
Memilih terbang bersama angin yang mengembara. Meninggalkanmu sebatang kara.
Bahagiamu hilang.
Hatimu patah.
Dan seketika kamu menjadi orang yang tidak lagi percaya akan kebahagiaan.
Hingga akhirnya kita bertemu.
Aku yang tak jauh berbeda denganmu merasa kita memiliki sesuatu yang sama.
Hal yang akhirnya kita percaya sebagai perasaan yang bisa menyatukan kita.
Aku yang dilepaskan begitu saja.
Dicampakkan tanpa alasan oleh seseorang yang selalu kuinginkan.
Perasaan itulah yang membuat kita sepakat.
Kita sama-sama mencari kebahagiaan yang dibunuh.
Kita mencoba menghidupkan kembali rasa-rasa senang.
Kembali menghadirkan rindu-rindu yang sebelumnya hanya perasaan pilu. Hingga pada akhirnya, aku mulai nyaman lagi. aku mulai percaya lagi.
Bahwa bahagia tidak pernah habis.
Bahkan saat kamu sudah lelah menangis, bahagia selalu ada.
Aku hanya perlu menunggunya, menyakini segalanya akan pulih lagi.
Kebahagiaan yang hancur berkeping itu, akan dikumpulkan lagi oleh orang baru. Seseorang yang kupercaya adalah kamu.
Hari-hari berjalan dengan segala hal yang membuat kita seolah hilang ingatan.
Rasa sedih dan pedih itu seakan memudar.
Melenyap bersama kebersamaan kita.
Tidak ada yang aku takutkan lagi.
Dua orang yang dulu sedih kini bisa tersenyum kembali.
Mampu tertawa dan percaya, bahwa semua memang akan baik-baik saja.
Meski pada saat yang sama. Aku kadang merasa kamu sedang berpura-pura.
Kamu tidak benar-benar bahagia denganku.
Didalam matamu masih saja kulihat seseorang yang kami jaga dahulu.

Narasi Rindu - Demi Semua Hal Yang Sudah Kita Sepakati



Jarak telah membuat kita semakin jarang bertemu. Jarak telah menghadirkan ruang-ruang sepi di dada kita. Kamu dan aku bahkan seringkali merasa sendiri saat berada di tempat keramaian pesta. Aku mencari-cari kamu di kepalaku, membawa kamu ke mana saja aku pergi. Sesekali aku mendatangi tempat-tempat yang sering kita kunjungi, hanya untuk mempercepat waktu, hanya untuk memastikan kita akan segera bertemu.

Hujan juga datang membawa pulang kehangatanmu di kepalaku. Sementara tubuhku harus tabah menikmati dinginnya waktu. Namun, demi semua hal yang sudah kita sepakati. Aku pun mengerti, aku harus sabar menanti. Aku harus memperjuangkan apa-apa yang kumiliki. Kamu memiliki aku, aku memiliki kamu. Dan, segala hal yang terjadi kini hanyalah bagian dari perjuangan yang akan kita  nikmati nanti. Aku belajar menyabarkan hati, bahwa perasaan lelah  ini tidak akan sia-sia, bahwa segala rindu yang terasa akan menemukan bahagia pada waktunya.

Meski tetap saja setiap senja datang atau setelah hujan kembali pulang, kamu adalah seseorang, yang kadang menjadi alasank tidak mampu menahan perasaan. Rasa sesak di dada kadang seringkali tidak terkendalikan. Dan, air mata kadang menjadi hujan-hujan yang kusembunyikan. Aku tahu ini berat, tapi bukan alasan untuk melepaskan apa-apa yang telah kita ikat. Aku tahu rindu itu kadang terasa pilu, tetapi bukan alasan menjadikan kita sebagai masa lalu.

Kelak, pada senja-senja yang tak lagi sepi, kamu adalah seseorang yang kupeluk erat sepenuh hati. Tidak akan ada lagi jarak yang menakut-nakuti. Bila saat itu tiba, aku berharap waktu tetap saja melambat bersama kita. Agar aku bisa menatap matamu berlama-lama. Agar aku bisa menikmati senja, juga hujan-hujan yang pernah membuatku merindu buta. Semoga segala hal yang kita jalani kini. Seberat apapun usaha menjaga hati. Tidak hanya menjadi lelah yang tak berarti