Thursday, December 31, 2020

Narasi Rindu - Semoga Kamu Bahagia Bersamanya, Karena Akulah Yang Menang...


Semoga Kamu Bahagia Bersamanya. Sebenar-benarnya Aku Sudah Rela

Tidak ada yang salah dengan pertemuan kita sesungguhnya. 
Mungkin satu-satunya yang salah adalah 
bahwa aku selalu berharap kamu punya rasa yang sama, sebesar yang aku punya. 
Namun, kini kupikir sudah saatnya aku melebur asa yang terlalu besar itu. 
Karena sekuat apapun aku berusaha, 
pada akhirnya kenyataan membuatku sadar bahwa ada hal yang tak bisa kupaksakan.

Aku berharap bisa bersikap sewajarnya. 
Namun pertemuan denganmu tetap saja membuatku tak mampu berkata-kata

“Hai, apa kabar?”

Jujur, 
ingin rasanya aku menyapamu dengan cara yang jauh lebih menyenangkan. 
Tapi disaat bersamaan lidah kelu tidak bisa lagi terhindarkan. 
Ya ada sejuta keinginan bila aku tetap bisa bersikap wajar. 

Namun 
detak jantung yang berdegup membuat semua kata yang telah terangkai 
gugur begitu saja seolah tidak tersisa.

Meski merasa bahwa segalanya telah baik-baik saja 
tapi, tetap saja ada rasa yang sulit dikuasai secara sempurna. Kamu pernah menjadi sosok yang begitu kuharap sebegitunya. 
Ya, walau tidak ada yang pernah tahu sebagaimana dalamnya aku memendam rasa, namun satu yang pasti kamu pernah menjadi sosok yang sangat istimewa.

Kepalaku kembali memutar memori. 
Di antara beberapa orang yang pernah mengisi, 
jujur kamulah sosok yang paling aku ingini

Hidup memang selalu penuh misteri, termasuk pula soal mencintai. Tentu kamu bukanlah orang pertama yang pernah singgah dan menghadirkan rasa. 

Tapi sejauh ingatanku, hanya pada dirimulah aku pernah merasa begitu jatuh dalam pusaran cinta. Memang aneh rasanya jika aku harus menalar dengan logika. Bagaimana rasa untukmu bisa tercipta begitu sempurna.

Mungkin Tuhan memang menghadirkanmu 
untuk menjadi cerita yang berakhir dengan cara yang tidak bisa kuduga. Kebersamaan yang terjalin antara kita tidak lantas bisa menumbukan cinta di hati yang yang lainnya. 

Sekalipun aku telah berusaha untuk membuatmu bisa merasakan hal yang sama tapi nyatanya aku harus menerima putusan bahwa Ia tidak juga menitipkan hasrat serupa.

“Kamu adalah cerita terindah yang pernah kutemui, sekalipun tidak pernah bisa dimiliki.”
Bagiku, segala hal tentangmu terasa begitu berarti. Aku meremang merutuki cintaku yang bisa sedalam ini

Kita adalah lakon kehidupan yang menjalani setiap kepingan cerita dari Dia yang kita kenal dengan sebutan Tuhan. 
Sekalipun merasa memiliki otoritas atas hidup tetap saja ada bagian yang tidak mungkin bisa kita kendalikan sepenuhnya. Termasuk tentang kisah kita yang terjadi begitu saja, perkenalan sederhana yang nyatanya mampu menghadirkan rasa yang luar biasa.

Tentu tidak ada yang patut dipersalahkan, 
termasuk kamu dan keadaan. 
Sementara aku pun hanya bisa menerima segala penentuan memanggul rasa yang tidak pernah aku undang. Pernah pula ku merasa kecewa, karena merasa sakit menanggung cinta yang tidak bersambut. Tapi seiring berjalannya waktu aku pun mulai bisa menerima bahwa hal tersebut pernah dialami oleh semua manusia.

Toh bukan salahmu bila akhirnya aku harus terluka. Sah-sah saja bila memang tidak pernah ada harap yang kamu sebar di antara kita

Kuakui, bahwa aku adalah orang cukup keras kepala untuk memerjuangkan segalanya. Karena menurutku sebuah usaha akan membuahkan hasil yang setimpal. 
Tapi perjalanan kehidupan mengajarkanku 
bahwa sebagai manusia aku tidak boleh memaksakan segalanya. 
Merasa bahwa aku mampu mewujudkan segalanya sesuai dengan keinginan.

Pada akhirnya kusadari 
bahwa akulah yang harus menanggung luka 
atas harap besar yang kurajut sendiri. 
Semua cara yang kuusahakan berakhir dengan kenihilan. 
Kamu adalah kemungkinan yang selalu aku perjuangkan. 
Sekalipun jelas, caramu memperlakukanku hanya sebatas teman tapi rasa yang hebat membuatku harapku terlalu meluap.

Hingga akhirnya kamu menemukan dia sebagai pasangan, seseorang yang juga kukenal. Maka tidak ada lagi yang kuperjuangkan,   

Aku juga mengerti bahwa kamu juga punya hak untuk merasa bahagia bersama dia yang didamba. 
Ya, duniaku terasa berakhir saat berita itu sampai di telinga. Kebersamaan kalian membuat perasaanku tergores begitu dalam. Meski aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja, tahukah kamu bahwa ada luka menganga besar di dalam sana?

Jujur rasanya sulit untuk menerima keadaan. Melihat kamu yang begitu kuingin harus jatuh ke lain pelukan. Tapi mungkin ini adalah akhir kisah yang telah direstui olehNya. Aku tidak bisa memaksakan segalanya. Aku tidak boleh egois dengan menghancurkan kebahagian kalian.

Aku cukup dewasa menerima, meski lukaku sebenarnya belum kering juga. Dipertemuan kita, aku akan lantang berkata bahwa “aku baik-baik saja”

Konyol rasanya, jika perasaanku masih saja tak bisa diredam hingga sekarang. Sekian waktu telah terlewati, sudah selayaknya aku bisa menyembuhkan diri sendiri. Toh kamu sudah bahagia dengan orang lain, dan akupun kini menemukan kebahagiaanku yang lain.

Aku dan kamu adalah sekelumit cerita masa lalu dan biarkan kisah itu melebur bersama waktu. Daripada harus terpuruk, aku memilih bangkit melanjutkan hidupku. Menghidupi mimpi dan cita-citaku sendiri sambil menikmati segala yang sudah aku miliki sampai detik ini. Di pertemuan kita kali ini, aku tak akan canggung atau tenggelam dalam kesedihanku sendiri. Justru aku akan mantap berkata,

“Hey, apa kabar? Aku baik-baik saja. Semoga kamu juga~

Tuesday, December 29, 2020

Narasi Rindu - Masalah dan Sakit Hati Ternyata Bisa Menguatkan ( Pejuang...



Kuputuskan untuk Tidak Lari. 
Meski Sakit, Aku Yakin Bisa Lebih Kuat dari Ini.

Perjalanan hidup yang kujalani sampai hari ini 
rasanya terlalu berliku untuk diingat terus menerus. 
Banyak hal yang telah membuatku terluka 
dan tak jarang hal itu membuatku ingin berhenti kemudian berlari. 

Namun kenyataan mengajakku untuk menyadari 
jika hidup tak pernah sesederhana apa yang kubayangkan.
Aku pernah menuliskan keputusasaanku di media sosial, 
tapi itu tak pernah menjadi jawaban untuk semuanya. 

Hidupku masih terus berjalan 
dengan sakit hati yang kugenggam sampai saat ini, 
meski aku sudah menuliskan jika aku ingin berhenti. 

Setelah itu pun aku paham 
kalau apa yang kutuliskan hanya mampu sedikit menenangkan, 
tapi tak pernah benar-benar menyelesaikan. 
Dan pikiran yang penuh luka itu pun terus mengawang…

Kudapati sakit hati dari mereka yang kukasihi. 
Mereka yang benar-benar menjadi orang terdekatku selama ini.
Tak pernah habis pikiran itu berputar di otak,
yang kurasa semakin penuh dari hari ke hari. 

Ya, aku tak pernah habis mengira,
mengapa mereka yang benar-benar kucinta justru membuat hatiku menjadi luka?
Hal lain yang membuat hatiku semakin sakit adalah 
ketika mereka tak pernah benar-benar menyadari 
jika hal itu telah membuat goresan di hatiku.

Seringkali mereka berlalu begitu saja,
tanpa kata maaf yang sampai di telingaku. 
Sekalipun maaf itu kudengar, 
kurasakan itu tak pernah benar-benar tulus diucapkan. 

Mereka hanya menjaga air mataku untuk tak turun saat itu, 
pada nyatanya aku selalu menangis diam-diam.
Aku selalu belajar untuk memaafkan mereka 
dan masa lalu yang menorehkan luka. 

Meski sulit, tapi aku terus mencoba
Perkara memaafkan sesuatu yang sangat membuatku sakit hati 
bukanlah hal yang mudah untuk aku lakukan begitu saja.
 
Sampai hari ini pun aku masih terus belajar untuk memaafkan, 
meski mereka tak pernah benar-benar meminta untuk dimaafkan, 
tapi aku tetap melakukannya.


Bukan aku ingin disebut sebagai seorang pemaaf tulen, 
aku memaafkan karena aku mau melakukannya demi kebaikan diriku sendiri. 
Ya, aku memaafkan agar hatiku bisa kembali hidup dengan tenang 
karena aku sadar jika aku hidup dengan dendam, 
maka aku akan terus gelisah dan tak ada bedanya dengan mereka.

Mengikhlaskan dan menjadikan semua sakit hati 
sebagai pelajaran juga aku lakukan untuk diriku sendiri.
Setelah aku bisa sedikit demi sedikit memaafkan semua luka, 
rasanya memang aku perlu memanjakan diriku 
dengan rasa ikhlas yang harus kubangun. 

Meski mereka tidak bisa melihat bentuk nyata dari ikhlas yang kupelihara, 
setidaknya dengan begitu aku bisa jauh lebih bahagia.

Aku pun tak pernah berhenti di situ saja, 
aku turut menjadikan segala sakit hati yang pernah aku rasa 
sebagai pelajaran berharga dalam hidupku. 

Bagiku, sebaik-baiknya pelajaran adalah 
apa yang pernah kudapat dari masa silam 
dan sebaik-baiknya guru adalah pengalaman.

Berbekal itu semua, 
aku bangkit dan menjadi lebih baik. 
Ya, aku belajar untuk jadi dewasa dan bijaksana
Mungkin seharusnya aku berterima kasih pada mereka semua 
yang telah mengajakku untuk merasakan betapa sedihnya sakit hati, 
karena secara tidak langsung mereka menjadikan aku untuk memaafkan 
dengan ikhlas meski tanpa diminta.

Berkat mereka pula 
kini aku bisa menjadi seseorang yang dewasa dan bijaksana, 
setidaknya bagi diriku sendiri. 
Aku sadar betul jika banyak perubahan yang aku rasakan
setelah berbagai luka menemani masa burukku waktu itu. 
Terima kasih, semuanya.

Sejak saat itu pun 
aku berjanji tidak akan melakukan hal yang sama. 
Karena mengulangi hal itu berarti menyakiti orang lain juga
Sejak saat itu, 
saat di mana aku bisa memaafkan semua masa lalu, 
aku berjanji pada diriku sendiri 
kalau aku tidak akan mengulangi kesalahan mereka 
dengan tidak melakukannya pada orang lain 
atau membalas semua perbuatan yang sudah mereka lakukan.

Janji itu akan terus aku pegang sebagai bekal bagiku, 
agar orang lain tak perlu merasakan luka 
seperti apa yang pernah aku rasakan. 
Harapanku satu, 
semoga aku benar-benar bisa menepati janji itu 
sampai batas waktu yang tak akan pernah aku tentukan.

Masalah dan sakit hati ternyata bisa menguatkan. 
Sampai hari ini, 
aku masih hidup dan terus berjalan menghadapi masa depan
Ya, sampai hari ini aku masih hidup 
dan masih harus berjalan ke arah masa depan yang menungguku. 
Aku tahu akan ada banyak persimpangan, 
tapi aku yakin jika aku akan berhasil sampai 
dengan tidak kekurangan satu apapun. 
Semua pengalaman pahit itu telah banyak mengajarkanku 
jika hidup tak akan pernah berhenti secepat yang aku mau.

Aku bersyukur karena aku mengambil pilihan yang tepat: 
menjalani dan tidak pernah berlari 
dari segala macam hal yang membuatku sakit hati. 

Karena dengan itu semua, 
aku kini menjadi pribadi yang lebih baik 
dan aku juga akan terus berusaha menjadi lebih baik lagi.
 Terima kasih atas semua luka yang sudah mengajarkanku untuk dewasa dan bijaksana 🙂
 
5$
Masalah dan sakit hati ternyata bisa menguatkan

Thursday, December 17, 2020

Narasi Rindu - Maaf, Hubungan Kita Tidak Kemana mana (sedih banget)


Hubungan Ini Tak Akan Melangkah ke Mana-mana. Meski Masih Cinta, Terpaksa Ku akhiri Semua

Aku sudah memikirkan ini sejak lama. 
Sejak kali terakhir kita saling meninggalkan tanpa kata-kata, 
tapi justru membuat luka semakin terasa. 

Aku merasa bahwa hubungan kita tak bisa lagi saling menyenangkan aku dan kamu, 
tapi justru saling melukai satu sama lain.
Bila akhirnya aku memutuskan untuk berhenti berjuang, 
Mengertilah ini bukan soal cinta yang tak lagi ada. 
Tapi cinta seharusnya saling mendewasakan, bukan? 
Dan lihatlah apa yang kita lakukan. 
Terus-terusan terluka karena masalah yang sama. 
Di mataku, hubungan kita tak melangkah ke mana-mana. 
Meski sakit, tapi kita harus melihat kenyataan bahwa kita sudah tak sejalan.

Hubungan kita berjalan sudah lama. 
Sejak kita masih muda dan naif, sampai kini lebih mapan dan dewasa.
Apa yang membuatku begitu berat melepaskan, 
adalah kenyataan bahwa kita sudah bersama sekian lama. 
Sejak kita masih sama-sama muda dan begitu naif memandang dunia. 
Tentunya kamu ingat saat dulu kita masih membiarkan rasa ini tumbuh tak terkendali. 
Ah, jiwa kita yang masih muda tak paham apa arti kesedihan. 
Hingga kini kita sudah lebih mapan dan dewasa mengatur segala rasa, 
kita masih bersama, bergandengan tangan mencicip pahit dan manisnya cinta.

Mohon jangan menuduhku sudah tak punya rasa. 
Denganmu, aku pernah membayangkan pesta bahagia dan hari tua bersama.
Jika kini aku memutuskan untuk menyerah, 
jangan lantas kamu berpikir aku tak punya rasa yang sesungguhnya. 
Dahulu, aku menemukan apa yang kucari dalam dirimu. 
Bersamamu, membuatku balajar banyak hal.
dan kenangan-kenangan kita yang berkesan itu,
masih bisa mendebarkan hatiku, sayang. 
Bersamamu, aku pernah juga membayangkan sebuah pesta besar, 
dengan kau dan aku sebagai raja dan ratunya. 
Lantas kita akan menua bersama-sama di sebuah rumah yang hangat 
dengan tawa canda anak-anak.

Kekecewaan memang silih berganti datang. 
Bahkan saat kita tak sejalan, aku meyakinkan diri untuk bertahan.
Ya, selama ini hubungan kita memang tidak mudah. 
Aku tahu, setiap hubungan pasti pernah mengalami masa-masa sulit dan pertengkaran. 
Bagaimana aku mengharapkan semuanya akan selalu sejalan, 
karena kenyataannya kita memang dua orang dengan isi pikiran yang berbeda. 
Kamu pastinya lupa berapa kali kita jatuh bangun mempertahankan hubungan ini. 
Ya, meski kita terseok-seok oleh luka yang tak sekali atau dua kali datangnya,
aku masih terus meyakinkan diri bahwa inilah 
Inilah proses pendewasaan yang harus kita hadapi sebelum melangkah ke masa depan nanti.

Aku tahu kita sama-sama manusia yang memiliki kelemahan. 
Tapi semakin lama, perjuangan ini justru semakin menyakitkan
Aku tidak bermimpi mendapatkan pasangan yang sempurna,
Sayang, aku sudah lebih dari mengerti bahwa 
kita sama-sama manusia yang memiliki kelemahan. 

Itulah yang kupikirkan setiap kali kita saling bersitegang 
dan beradu punggung dengan masalah yang silih berganti datang. 

Dulu aku masih kuat dan selalu optimis ini akan berakhir bahagia. 
Tapi kini semuanya terasa semakin sulit. 
Perjuangan ini terasa semakin menyakitkan, 
dan aku tak tahu lagi apakah benar akan ada bahagia di ujung ini semua.

Tak hanya lelah dengan lukaku sendiri, 
sakit hatimu juga melukaiku. 
Sayang, bagaimana kita bisa berakhir saling menyakiti begini?

Setiap perkataan yang kamu lontarkan 
saat kita bersitegang membuat kepala dan hatiku sakit. 
Tapi aku tahu bahwa banyak dari sikapmu selama ini yang membuatmu terluka juga. 

Orang bilang cinta akan membuat hidup seseorang terasa lengkap. 
Tapi yang kurasakan sekarang, 
justru diri kita yang semakin terkikis oleh sakit hati. 

Aku lelah. Bukan hanya dengan lukaku sendiri, 
tapi juga sakit hatimu yang kutorehkan entah sengaja atau tidak. 
Aku sungguh tak mengerti, mengapa kita, 
yang berjanji untuk saling menyayangi, 
justru berakhir saling menyakiti seperti ini.

Aku dan kamu sudah melangkah sejauh ini. 
Dan hubungan ini bukan hanya soal kita lagi. 
Ada orang tua yang sudah terlibat dan senantiasa bertanya.

 Aku tahu, mengakhiri ini di sini bukan hal yang bijak. 
 Apalagi kini hubungan ini tak hanya soal aku dan kamu saja. 
Orang tuamu sudah menyambutku tak seperti orang lain lagi, 
sama seperti Ayah dan Ibuku yang sudah tahu menahu soal hubungan kita 
dan tak henti bertanya kapan kita akan meresmikannya. 
Sampai saat ini, 
aku juga masih belum tahu bagaimana caranya menjelaskan kepada mereka 
bahwa kita tidak lagi bersama. 
Tapi nanti akan kupikirkan dulu alasannya. 
Yang terpenting kamu dan aku, saling merelakan dulu.

Aku yakin kamu akan mendapat penggantiku segera. 
Untukku, ini tak mudah juga, karena kita sudah menyakiti banyak hati
Hidup tak berakhir meski kita berpisah di sini, sayang. 
Di depan sana, kebahagiaan lain sudah menanti kita. 
Aku yakin, kamu akan mendapatkan penggantiku dengan segera. 
Seseorang yang lebih bisa mengerti dirimu, 
sehingga kalian bisa meniti jalan yang benar-benar sama. 
Saling beriringan, 
bukan saling menarik dan memaksa untuk jalan bersama.

Percayalah, untukku ini juga tak mudah. 
Kegagalan hubungan yang sudah sekian lama ini, 
bukan hanya aku dan kamu yang merasa, 
tapi juga orang-orang yang menaruh banyak harapan itu. 

Aku tahu, kita akan menyakiti banyak hati. 
Tapi mereka perlu mengerti bahwa sakit-sakit ini kita yang alami.
Tapi daripada terus berjalan saling menyakiti, 
lebih baik aku merelakan semua. 
Mari kita cari kebahagiaan kita sendiri-sendiri
Hidup ini hanya satu kali, bukan? 
Akan sia-sia jika kita habiskan 
dengan seseorang yang lebih banyak memberikan sakit hati daripada kebahagiaan. 

Aku mencintaimu. 
Tapi terkadang cinta bisa begitu membingungkan. 
Daripada kita terus bersama dan saling menyakiti, 
aku memutuskan untuk menyerah dan merelakan semua. 

Percayalah bahwa di luar sana, 
kebahagiaan yang sesungguhnya sudah menunggu kita. 
Aku tak sesombong itu untuk mengatakan bahwa kita tidak tercipta untuk satu sama lain. 
Karena aku tidak bisa membaca takdir Tuhan. 
Tapi untuk saat ini, marilah kita coba cari kebahagiaan kita sendiri-sendiri.

Sakitnya perpisahan ini.
sayang, hanya satu kali dan akan segera menghilang bersama waktu yang berjalan. 
Nanti lama-lama kita akan terbiasa. 
Lebih baik begini, 
daripada terus memaksa untuk bersama, 
dan terluka berkali-kali.

Sampai jumpa,

Aku yang menyerah untuk kita